Sabtu, 27 Februari 2010

Islam Jawa

Islam di Indonesia: Hamemayu Hayuning Rat
Oleh: Herman Sinung Janutama

Muslim di Nuswantara –sejak awalnya- secara budaya sosial-politik sangat berbeda dengan negeri-negeri di Timur Tengah. Keluarga Gusti Kangjeng (GK) Nabi Muhammad SAW sangat dihormati, bahkan menjadi semangat dan inspirasi tradisi dan budaya Nuswantara. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi dari penghormatan terhadap GK Nabi Muhammad SAW itu sendiri. Namun penghormatan ini tidak menjulang hingga mengkultuskan mereka. Apalagi sampai menghujat dan melaknat para khulafaur rasidin.
Di Timur Tengah respon terhadap penistaan terhadap keluarga Suci GK Nabi SAW menciptakan masyarakat pemuja Imam Agung Baginda Ngali dan keluarganya . Mereka juga membalas dengan menghujat tiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) dan sahabat-sahabat GK Nabi SAW lainnya.
Di Nuswantara tidak demikian halnya. Tiga khalifah dan para sahabat nabi tetap dihormati dan dimuliakan sebagai suri teladan. Sifat dan karakter muslim Nuswantara karenanya menjadi santun, aristokrat, dan unik. Perhatikan wejangan (dalam pupuh dhandhanggula) Sunan Kalijaga di bawah ini. Beliau adalah seorang ulama besar dan qodli (hakim syariat agama) sejak abad ke 16M di Majapahit, Demak, dan Nuswantara pada umumnya.

Panggupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang sagara alas
Temahan rahayu kabeh
Sarwa sarira ayu
Ingideran ing widadari
Rinekseng malaekat
Sakhatahing rusul
Pan dadya sarira tunggal
Ati Adam, utekku Baginda Esis
Pangucapku ya Musa

Artinya, bahkan hingga semua bangsa binatang. Ataupun batuan, arca, dan hutan belantara. Semuanya mendapatkan berkah dan salam. Mendapatkan hati yang indah dan suci. Yang dikelilingi para bidadari. Disaksikan para malaikat, serta sebanyak-banyak utusan Allah. Semuanya akan menyatu dalam hati sanubari. Nuraniku seperti Nabi Adam As. Pikiranku seperti Nabi Syits As. Kalamku seperti Nabi Musa As .

Napasku Nabi Ngisa linuwih
Nabi Yakub pamiyarsaningwang
Yusup ing rupaku reke
Nabi Dawud swaraku
Njeng Suleman kasekten mami
Ibrahim kang anyawa
Idris ing rambutku
Sayyid Ngali kulitingwang
Abu Bakar getih daging Ngumar singgih
Balung Baginda Ngusman

Artinya, jiwaku suci seperti nabi Isa As. Penglihatanku seperti nabi Yakub As. Wajahku rupawan bagaikan Yusuf As. Suaraku indah bagaikan Dawud As. Gagah berani seperti nabi Sulaiman As. Semangat dan jiwaku dari nabi Ibrahim As. Kerapian tatanan hatiku seperti nabi Idris As. Semuanya terbungkus dalam akhlaq Imam Agung Ali bin Abithalib ra. Sifat Sayyidina Abu Bakar mengalir dalam darahku. Ketampanan Sayyidina Umar dalam dagingku. Dan ditopang kokohnya Sayyidina Utsman bin Affan ra.

Sungsumku Patimah kang linuwih
Aminah kang bebayuning angga
Ngayub minangka ususe
Sakehe wulu tuwuh
Ing sarira tunggalan Nabi
Cahyaku ya Muhammad
Panduluku rasul
Pinayungan adam syara’
Sampun jangkep sakathahing nabi wali
Dadya sarira tunggal

Artinya, Sayyidah Fathimah Az Zahra menjadi tulang sumsum hidupku. Sayyidah Siti Aminah adalah penyejuk hati. Tata cara makan sebagai Nabi Ayyub As. Sebanyak apapun bagaikan bulu yang tumbuh di kulit. Menyatu dalam hati sebagai cahaya Nabi Muhammad SAW yang menerangi hidupku. Penglihatanku semoga seperti penglihatan para rasul. Yang ternaungi oleh syariat agama. Telah genap seluruh nabi dan wali. Semoga menyatu dan membentuk sifat mulia dalam diriku .
Demikianlah, pandangan seorang muslim di Nuswantara. Muslim tak perlu memaki para khulafaur rasyidin, apalagi memaki keluarga Nabi Muhammad SAW. Ora elok, kata orang Jawa. Hal itu pantang dilakukan, karena tidak sesuai dengan keindahan budi pekerti, atau akhlak karimah. Karenanya, muslim Nuswantara –sejak awalnya- telah melampaui semua perdebatan, permusuhan, dan persengketaan antara mazhab Sunni-Syiah, maupun aliran-aliran lainnya di Timur Tengah. Islam di Nuswantara bukan jenis muslim epigon. Meniru dan berpura-pura seperti Timur Tengah, Barat atau China. Ia adalah genre muslim yang unik. Subhanallah wa bihamdih. Secara ekstrapolatif, religiusitas Islam di Nuswantara pantas menjadi agama dunia di masa depan. Agama yang membawa dunia kepada perdamaian dan keluhuran kemanusiaan. Hamemayu hayuning rat, begitu dituliskan dalam bahasa sansekerta, Kawi, dan Jawa Kuno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar