Kamis, 15 April 2010

"Ajaran Krishnamurti tak sejalan dengan ajaran Sang Buddha." Debat Hudoyo Hupodio - Chandra Fabian

"Ajaran Krishnamurti tak sejalan dengan ajaran Sang Buddha."

Dari: Chandra Fabian

PATISAMBHIDA MAGGA
[TREATISE ON INSIGHT] (hal 401)

(1.)Demikianlah yang kudengar. suatu ketika Sang bhagava tinggal di
Savatthi di hutan jeta, taman Anatthapindika. Disana Beliau berkhotbah
kepada para bhikkhu, demikian: 'Para bhikkhu'. 'Ya Bhante' mereka
menjawab. Sang Bhagava berkata demikian:

(2.) Para bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat bentuk apapun sebagai
permanen (nicca) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan
kebenaran, dan tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak
mungkin ia akan memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan
tanpa memasuki kebenaran hakiki tidak mungkin ia akan menyelami
Sotapatti phala atau Sakadagami Phala atau anagami Phala atau arahatta
Phala.
Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat bentukan apapun sebagai tidak
permanen (anicca) mungkin ia akan membuat pilihan sesuai dengan
kebenaran, dan dengan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran
memungkinkan baginya untuk memasuki kebenaran hakiki (certainty of
rightness), dan dengan memasuki kebenaran hakiki memungkinkan baginya
menyelami Sotapatti phala atau Sakadagami Phala atau anagami Phala atau
arahatta Phala.

(3.) Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat bentuk apapun sebagai
menyenangkan (sukha) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan
kebenaran, dan tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak
mungkin ia akan memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness),
dan..[dstnya seperti no:2 hingga].. atau Arahatta Phala. Bhikkhu, jika
seorang bhikkhu melihat segala bentukan apapun sebagai tidak
menyenangkan (dukkha) mungkin ia akan membuat pilihan sesuai dengan
kebenaran, dan...[dstnya seperti no:2 hingga]... atau Arahatta Phala.

(4.) Bhikkhu, JIKA SEORANG BHIKKHU MELIHAT IDE APAPUN SEBAGAI AKU tidak
mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan tanpa membuat
pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak mungkin ia akan memasuki
kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan..[dstnya seperti no:2
hingga].. atau Arahatta Phala. Bhikkhu, JIKA SEORANG BHIKKHU MELIHAT
SEMUA IDE SEBAGAI BUKAN AKU (ANATTA) mungkin ia akan membuat pilihan
sesuai dengan kebenaran, dan...[dstnya seperti no:2 hingga]... atau
Arahatta Phala.

(5.) Bhikkhu, jika seorang bhikkhu melihat Nibbana tidak menyenangkan
(dukkha) tidak mungkin ia membuat pilihan sesuai dengan kebenaran, dan
tanpa membuat pilihan yang sesuai dengan kebenaran tidak mungkin ia akan
memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness), dan..[dstnyaseperti
no:2 hingga].. atau Arahatta Phala. Bhikkhu, jika seorang bhikkhu
melihat Nibbana menyenangkan (sukkha) mungkin ia akan membuat pilihan
sesuai dengan kebenaran, dan...[dstnyaseperti no:2 hingga]... atau
Arahatta Phala.

(A iii 441 f.).
[238]

KOMENTAR: Pandangan benar juga penting untuk membawa kemajuan pada
meditasi Vipassana, pada tahap tertentu dalam meditasi Vipassana bila
latihan kita benar maka kita mulai mengetahui mana jalan dan bukan jalan
(magamagga nanavisuddhi), ini sejalan dengan Patisambhida Magga yang
mengatakan pilihan yang sesuai dengan kebenaran (conformity with
actuality).

Pada tahap pemurnian pandangan (ditthi visuddhi) JIKA SEORANG BHIKKHU
MELIHAT IDE APAPUN SEBAGAI AKU maka dikatakan tidak mungkin ia membuat
pilihan sesuai dengan kebenaran.

Pertanyaan menarik yang bisa kita ajukan dalam hal ini, apakah yang
dimaksud aku dalam Patisambhida Magga? apakah aku hanya terbatas pada
eksistensi suatu entitas entah apapun namanya? Ternyata Patisambhida
Magga mengatakan bahwa ide tanpa aku meliputi semua bentuk gagasan
apapun, atau ide apapun tentang aku.

Jadi Patisambhida Magga dengan jelas menyatakan bahwa bila seseorang
menganggap ada aku yang merasa, ada aku yang melihat, ada aku yang
marah, ada aku yang menjadi penyebab, maka ia tak akan membuat pilihan
sesuai dengan kebenaran.

AJARAN SANG BUDDHA DENGAN JELAS TAK PERNAH MENGATAKAN BAHWA KEBAIKAN DAN
KEBURUKAN BERASAL DARI "AKU", KARENA BILA SESEORANG BERANGGAPAN BAHWA
SEMUA KEBAIKAN ATAU KEBURUKAN BERASAL DARI AKU MAKA ITU ADALAH IDE
KE"AKUAN" JUGA (YANG TERSELUBUNG) Dan seterusnya ajaran Sang Buddha juga
mengatakan bahwa penyebab dari semua kekacauan ini adalah asava (lobha,
dosa dan moha)

LOBHA DOSA MOHA BUKANLAH SIAPA-SIAPA, LOBHA DOSA MOHA BUKAN AKU, BUKAN
MILIKKU, "BUKAN BERASAL DARI AKU" lobha dosa moha HANYALAH PROSES yang
muncul dan lenyap kembali oleh berbagai sebab.

Semoga menambah pengetahuan kita semua.

===============================================

HUDOYO HUPUDIO:

Rekan Fabian,

(1) Apakah Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu sesuatu yang 'nicca' (kekal) atau 'anicca' (tidak kekal)? Kalau 'anicca', mengapa Anda pegangi erat-erat, mengapa Anda melekat erat-erat ke situ? Karena, sejauh saya lihat, Anda berpegang erat-erat, melekat erat-erat ke situ, maka kesimpulan saya, Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu 'nicca' (kekal).

(2) Apakah Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu sesuatu yang 'sukha' (menyenangkan) atau 'dukkha' (tidak menyenangkan)? Kalau 'dukkha', mengapa Anda pegangi erat-erat, mengapa Anda melekat erat-erat ke situ? Karena, sejauh saya lihat, Anda berpegang erat-erat, melekat erat-erat ke situ, maka kesimpulan saya, Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu 'sukha' (menyenangkan).

(3) Apakah Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu 'milikku' (etam mama) atau 'bukan milikku' (netam mama)? Kalau 'bukan milikku' mengapa Anda pegangi erat-erat, mengapa Anda melekat erat-erat ke situ? Karena, sejauh saya lihat, Anda berpegang erat-erat, melekat erat-erat ke situ, maka kesimpulan saya, Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu 'milikku' (etam mama).

(4) Mengingat bahwa Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu 'kekal', 'menyenangkan', dan 'milikku', maka sangat jelas bahwa dalam batin Anda itu masih ada anggapan, perasaan & keyakinan, 'ini milikku', 'ini aku', 'ini diriku' (etam mama, eso hamasmi, eso me atta) yang sangat kuat, SEKALIPUN dalam intelek Anda berkata: "Aku sudah belajar tentang Anatta, aku sudah tahu tentang Anatta, aku sudah menganut Anatta." -- Yang membentuk batin manusia bukanlah apa yang ada di kepalanya (teori/ajaran), melainkan apa yang tersimpan jauh di dalam hatinya!

(5) Mengingat bahwa Anda menganggap "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali" itu 'kekal', 'menyenangkan', dan 'milikku/aku', bagaimana mungkin Anda "membuat pilihan sesuai dengan kebenaran", bagaimana mungkin Anda "memasuki kebenaran hakiki (certainty of rightness)", dan bagaimana mungkin Anda "menyelami Sotapatti phala atau Sakadagami Phala atau Anagami Phala atau Arahatta Phala"? Tidak mungkin, bukan!

(6) Komentar Anda tentang Patisambhidamagga: "Jadi Patisambhida Magga dengan jelas menyatakan bahwa bila seseorang menganggap --bukan cuma menganggap, tapi juga merasa sedalam-dalamnya/Hudoyo-- ada aku yang merasa, ada aku yang melihat, ada aku yang marah, ada aku yang menjadi penyebab, maka ia tak akan membuat pilihan sesuai dengan kebenaran." -- Sudahkah Anda berkaca di muka cermin, sudahkah Anda menerapkan komentar Anda itu pada diri Anda sendiri? Tampaknya kok Anda justru tidak menyadari batin Anda sendiri.

*****

Nah, kalau Anda merasa diri Anda seorang pemeditasi vipassana --begitulah pandangan umm umat Buddha terhadap sosok Fabian-- berikut ini saya ingatkan tuntunan Sang Buddha bagi setiap orang yang berlatih vipassana:

"Di dalam mencerap 'yang dikenal' (vinnatam) [termasuk "pengetahuan 'Buddha Dhamma' Anda yang berasal dari Tipitaka Pali"], JANGAN SAMPAI muncul KONSEP tentang 'yang dikenal', jangan sampai muncul AKU yang INGIN MEMILIKI 'yang dikenal' , dan yang BERSENANG HATI dengan 'yang dikenal'. (Mulapariyaya-sutta)

"JIKA kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU tidak ada lagi (anatta); itulah, hanya itulah, akhir dukkha." (Bahiya-sutta)

Demikianlah, bagi seorang pemeditasi vipassana yang benar, Mulapariyaya-sutta & Bahiya-sutta telah MENEGASIKAN seluruh isi kitab suci Tipitaka Pali. Kalau seorang pemeditasi vipassana batinnya masih dijejali dengan pengetahuan kitab suci Tipitaka Pali, termasuk Abhidhamma Pitaka, --atau kitab suci mana pun-- maka ada yang tidak beres dengan vipassana-nya.

*****

PS: Posting Anda agak aneh: judulnya menyebut-nyebut Krishnamurti, kok di dalamnya tidak satu kata pun Anda menyinggung Krishnamurti? Anda lupa? Semula, justru saya ingin tahu seberapa jauh pengetahuan Anda tentang ajaran Krishnamurti. Ternyata tidak ada isinya yang menyangkut Krishnamurti.

Salam,
Hudoyo

2 komentar:

  1. salam manis bapak bapak yg guru pemikir yg terhormat, ibarat segelas teh diberi 1 sendok gula manis, 2 sendok gula lebih manis, 3, 4, 5, lebih, lebih dan lebih, adakah sesuatu yg lebih didunia ini ternyata kebenaran milik semu hati dan hati milik manusia yg berbeda. ternyata dulaitas(transendens dan intransendens akan tetapi menlingkupi dunia ini, maya nyata, dst abadi) memandang dengan 1 kita benar 2 kita lebih benar, 3 kitab, 4, 5, lebih, lebih dan lebih benar akan memelihara ego atau keakuan, mana mungkin membuat pilihan, mana mungkin ke benar hakiki yg mungkin kembali ke hati masing2

    BalasHapus
  2. demikian saya menyimak dan saya sungguh takjub sekali salam hormat saya kepada guru2 rohani, saya siap dicerahkan dengan yg lebih2 dan tanpa pembatas baik di batas aku dan dibatas bukan aku, berada pada paham aku memang terbatas berada pada paham bukan aku juga terbatas pada bukan aku. seorang bijak tak bisa memberi 1 kepeng kuang kepada 4 murid yg belum sadar bahwa mereka masing2 menggunakan bahasa yg berbeda untuk satu pemahaman. sibijak bertanya kepada si persia kau mau beli apa, persia jawab anggur, si arab tidak saya mau beli inab, si turki, gak saya mau beli uzum, si yunani, saya mau beli raftil, ke 4nya bertengkar pada sesuatu yg sama yaitu anggur, setelah mereka sadar 4 adalh 1 maka si bijak memberi mereka 1 uang kepeng itu untuk membeli 1 anggur dan dinikmati bersama2 dengan bahasa yg berbeda. salam hormat, benar milik semua benak tetap ada pilihan yaitu hati masing2

    BalasHapus